Saya termasuk orang yang waspada terhadap serangan jantung. Tekanan darah selalu dikontrol. Bahkan sudah tiga macam alat ukur tekanan darah menjadi koleksi pribadi saya. Termasuk kolesterol diperiksa secara teratur. Kegiatan olahraga dilaksanakan, main tenis lapangan dan naik sepeda. Termasuk lari-lari treadmill yang sejak empat tahun lalu alatnya saya sudah miliki di rumah.
Tapi yang namanya kesibukan, kerja sampai larut malam, dan undangan makan memang kadang sulit dihindari. Perjalanan jauh yang melelahkan kadang menyita waktu yang cukup banyak adalah faktor-faktor yang seharusnya tidak diabaikan. Saya tidak pernah merasakan keluhan di bagian dada. Tahun lalu saya kontrol jantung di Prodia. Catatan dokter cukup baik namun sudah ada anjuran berhati-hati, berolahraga minimal dua kali seminggu selama setengah jam. Makanan berlemak harus dikurangi. Apalagi di usia saya di atas 60-an ini. Hikmahnya, bagaimanapun tetap hati-hati terhadap kemungkinan serangan jantung yang bisa datang tiba-tiba.
Serangan Pertama. Hari Selasa saya masih merasa segar. Aktivitas kantor tetap saya lakukan. Waktu istirahat makan siang saya ke kantin kantor makan siang. Saya ajak karyawan duduk semeja. Sementara makan terasa ada nasi tertahan di saluran pencernaan. Saya minum, saat itulah mulai terasa sakit di bagian dada tengah. Saya merasa hanya sakit biasa yang sebentar lagi hilang. Ternyata sakitnya tidak surut. Bahkan keringat dingin dan rasa mual muncul. Dalam pikiran saya ini sudah bukan sakit sembarangan. Segera saya panggil sopir saya, "Ayo ke gawat darurat Rumah Sakit Akademis." Di ruangan unit gawat darurat saya ditangani dengan cepat. Hikmahnya, serangan jantung yang ditangani dengan pelayanan cepat sangat membantu sukses pengobatan. (sumber : fajar.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar